Mentari Terbit
Tepat pada mentari tenggelam di ufuk barat, semua redup dengan cepat. Lampu-lampu rumah mulai menyala, tetapi tak layak untuk memantapkan kepercayaan di sana. Karena sesuai pengalaman, lampu-lampu itu sedang bercanda dalam menerangi kota dan desa. Kadang menyala terang, kadang redup, kadang remang-remang. Seperti layang-layang yang ditarik ulur, lalu kemudian terputus juga. Mati juga. Begitulah kiranya perumpamaan dia yang sempat menyala bersama, lalu mati saat sedang berserius untuk menerangi kota dan desa. Perihal itu terlaksana dengan segera, dalam tempo sesingkat-singkatnya. Jantung berdegup keras pun terkejut, detaknya melambat seperti tak ada harap. Darah seperti beku, tak ada asupan rasa lagi yang mengalir menuju pembuluh. Tiba-tiba, sesingkat itu, aku terbunuh. Pada pikiran yang tak karuan, gejolak amarah yang tak terluapkan, aku hanya bisa terpaku terdiam tersedu-sedan. Gila sekali, tetiba saja dia mengungkap fakta bahwa dirinya telah ditembak seorang pria dan ia s...