Postingan

Menampilkan postingan dengan label dan senandika

Jeda

Belakangan ini, aku selalu saja dipermainkan oleh waktu dan perasaan. Tidak tepat untuk menenangkan diri ketika hari-hari libur sudah tiba. Selalu saja merekah banyak tekanan dan absurdisme yang ditunjukkan oleh atasan. Memang, wajar saja ketika berbicara soal pekerjaan. Namun, ini bukan berbicara tentang pekerjaan, melainkan berbicara tentang manusia angkuh yang sering merengkuh kebahagiaan dan ketenangan hidup manusia lainnya. Tentang dia yang selalu ingin menang sendiri tanpa mau mengalah dan menyadari. Nyatanya, waktu seringkali mempermainkan hidup yang memiliki tujuan. Waktu seringkali marah saat ia dipermainkan. Membuat lupa, stress, depresi, gangguan mental pun bisa jadi. Tetapi, aku tak menyalahkan waktu. Aku hanya menyalahkan diriku sendiri; mengapa aku harus terus-menerus berjuang padahal tidak dihargai sama sekali? Sedangkan sang perasaan hanya tertawa di atas kesemrawutan dunia fana. Memorak-morandakan jiwa yang sudah terbantai, menghanguskan jutaan harapan yang telah diban...

Kalah Cepat

Gambar
                 Dulu, sejak kita belum saling kenal. Belum saling sapa. Belum saling melemparkan senyum. Dan, selalu membelum. Meski sempat berpapasan, tetap saja kita masih asing. Tak sengaja di hari itu kita bersua, perasaan mata perlahan mengasihi rasa di dalam dada. Mulai berat, tapi bahagia. Di hari itu juga, rasa penasaran mulai tumbuh di dalam renjana. Kian hari, kian membesar kala memandang senyum indah yang terlontar dari bibirmu. Aku pun mulai memberanikan diri untuk sekadar berkenalan denganmu. Di sisi lain, aku punya maksud untuk ingin selalu dekat denganmu. Melawan arah kiblat untuk ingin menjadi saling. Ternyata, namamu selalu didamba-dambakan oleh ratusan manusia yang hidup di habitat sekolah. Wajar saja jika namamu selalu menggema di atas peradaban terkagumi dan dikagumi. Memang, kau ratu yang ditinggi-tinggikan. Ratu yang diperjuangkan oleh banyak pasukan. Semilir angin menghampiri, membawa pesan bahwa aku sudah ...

Analgesia

Gambar
                                       Sejak dua tahun lamanya mengarungi hutan hidup yang tak kunjung terbebas dari jeruji hati, kini perasaan menjelma menjadi analgesia. Tidak mampu lagi untuk merasakan sakit, meskipun dalam keadaan sadar dan tersadarkan. Sejuta mimpi yang telah dibangun selama ribuan jam, ratusan hari, dan puluhan kenangan, kini terkubur oleh kenelangsaan yang hampa. Momen-momen indah yang dulu pernah terajut sebegitu cantiknya, kini hanya tinggal menyisakan luka yang berima. Derita yang membara. Dan, kepulan-kepulan asap yang tak sanggup untuk menutupi semua rahasianya. Begitupun dengan kesengsaraan di dalam diri yang tiada akhirnya. Akal-akal seakan tidak terjadi pahit yang menimpa lara. Segalanya yang menimpa dengan begitu hebatnya, tanpa ampun, tanpa jeda, tanpa pelan, mengoyak-ngoyak perasaan yang telah dibawanya kebahagiaan.  Dewasa ini, hati men...

Kita itu Manusia

Untuk segala hal yang telah terlewati, masa-masa indah maupun masa-masa pahit yang diiringi patah hati, lekaslah sembuh dengan sendirinya. Biar semua orang merasakannya, aku menuangkan seluruh perasaan terdalamku lewat tulisan ini. Maka, izinkan aku untuk menulis lagi. Mulai menghela napas bahagia saat berkarya. Barangkali, ini bukan yang terbaik. Namun, aku akan berusaha sebaik mungkin dalam merangkai sebuah kisahku, kisahmu, kisah kalian, kisah kita, kisah mereka, dengan apa adanya. Izinkan aku memberikan judul tulisan ini, bahwa "Kita itu Manusia"