Postingan

Menampilkan postingan dengan label arif setiadi

Mentari Terbit

  Tepat pada mentari tenggelam di ufuk barat, semua redup dengan cepat. Lampu-lampu rumah mulai menyala, tetapi tak layak untuk memantapkan kepercayaan di sana. Karena sesuai pengalaman, lampu-lampu itu sedang bercanda dalam menerangi kota dan desa. Kadang menyala terang, kadang redup, kadang remang-remang. Seperti layang-layang yang ditarik ulur, lalu kemudian terputus juga. Mati juga. Begitulah kiranya perumpamaan dia yang sempat menyala bersama, lalu mati saat sedang berserius untuk menerangi kota dan desa.  Perihal itu terlaksana dengan segera, dalam tempo sesingkat-singkatnya. Jantung berdegup keras pun terkejut, detaknya melambat seperti tak ada harap. Darah seperti beku, tak ada asupan rasa lagi yang mengalir menuju pembuluh. Tiba-tiba, sesingkat itu, aku terbunuh. Pada pikiran yang tak karuan, gejolak amarah yang tak terluapkan, aku hanya bisa terpaku terdiam tersedu-sedan. Gila sekali, tetiba saja dia mengungkap fakta bahwa dirinya telah ditembak seorang pria dan ia s...

Hari Raya, Untukmu

Gambar
Non, malam ini memang menarik Masih ramai yang berlalu-lalang Masih kencang takbir mengudara Non, malam ini masih syahdu Cuma kamu yang aku rindu Cuma kamu yang berisik di kepalaku Hingga kulupa waktu, bahwa esok hari raya Non, malam ini aku sulit tidur Mungkin kamu sudah lelah Dari pagi hingga malam berbenah Melepaskan rindumu bersama keluarga Aku tidak apa, Non, tidak apa Malam ini terlalu anggun untukku, Non Ditemani pujaan hati, Diiringi seutas obrolan asyik, Bersamamu, selalu Malam ini aku cinta, Non Entah kenapa perasaan tumbuh di dada Entah apa aku bisa percaya diri Padamu, kutulis ulang Bahwa rindu itu tumbuh dengan sewajarnya Bahwa akulah yang terlalu memikirkanmu Bahwa akulah yang mendambamu Selamat hari raya, Non Selamat menunaikan, Selamat menuai rindu, Selamat tidur, untukmu, pujaan angin.

Melankolis, Melankolia

Gambar
Melankolis, Melankolia Nona bermata sendu Lihatlah wajahmu Cantik menjadi tak menarik Selalu melulu menangis Senyummu yang dulu kini hilang, Nona menjadi pendiam Entah apa masalahnya, Pura-pura tegar dihadapan semua orang Entah karena apa, entah apa, entah bagaimana Nona menjadi murung Tak mau berkasih lagi Kukira ini permasalahannya Tapi, Nona berkata, "Tidak, bukan tentang cinta." Lantas, apa yang sedang Nona permasalahkan? Nona seperti melankolia Depresi dan terbentur jiwanya Nona tak mau bercerita Hanya bergumam, "Keluargaku seperti anjing!" Akhirnya, terluap lepas sedikit mereda Ternyata, Nona bergelut sebagai penyintas dalam keluarga Nona si Melankolis, Wajahmu memang manis Hanya bagi yang melihatmu, mereka merasa miris Sebab Nona sering mengiris-iris hatinya sendiri Nona si Melankolis Melankolia meradang di jiwa Nona Buruk rupa tak terkendali Nona turbulensi, hilang sadar Mereka menertawakan Nona, Seraya berkata, "Si perempuan itu, kini gila ...

Andai

Gambar
Andai itu menyakitkan Andai kamu di sampingku Andai kamu memelukku Andai kamu menggenggamku Andai itu menyebalkan Andai kamu itu nyata Andai kamu itu ada Andai kamu itu cinta Andai, andai aku sadar. Kutipan harian, di tahun 2022

Melawan

Gambar
Mereka suka yang mereka mau Mereka lupa pada perasaanmu Kamu tidak sadar, kamu korban Kamu malah diam tak melawan Beranilah, kamu adalah insan Lawanlah, kamu punya hak atas dirimu sendiri Jangan bungkam, Diam bukanlah pilihan Kutipan harian, di tahun 2022

Di Mimpi itu,

Gambar
Di mimpi itu, Aku berada di Bandung Kota Memerhatikanmu dalam-dalam, Pelan-pelan menjauh, Ditelan kesunyian rindu Kutipan harian, di tahun 2022

Jarak dan Waktu

Gambar
Jarak dan waktu menyekat Menyemat namamu di angkasa biru Aku lupa, bahwa kamu tak ada di sini Kamu lupa, bahwa aku tak ada di sana Bahagia ini mungkin sementara, Tetapi perasaan akan menjadi utuh di dalamnya Kutipan harian, di tahun 2022

Manusia, Cinta, dan Harapan

Gambar
Di tidurku, aku melihat segalanya Manusia, cinta, dan harapan Kau yang sedang berharap, Menunggu kabar dari seorang insan Sedangkan cinta menjagamu dari segenap ketakutan Aku mendambamu dari kejauhan, Seraya berteriak, "Cukuplah aku yang menyayangimu!" Dan, aku terbangun menatap langit-langit yang dipenuhi rindu Kutipan harian, di tahun 2022

Sekali Lagi

Gambar
Aku bukanlah apa yang kau inginkan Aku hanyalah manusia yang sama sepertimu Biarlah aku merasakan jatuh hati sekali lagi Pada senyum manismu, Pada dekap tawamu, Pada lentik matamu, Biarlah aku merasakan jatuh hati Sekali lagi Sekali lagi! Kutipan harian, di tahun 2022

Kau dan Rahasiamu

Gambar
Jelang dini hari yang megah, dentuman notifikasi pesan darimu terdengar sangat mewah. Di antara rasa jengah, keasingan melanda tak terarah. Kudiamkan sejenak beberapa pesan darimu yang tak ingin kalah, sebab perasaanku tiba-tiba gelisah. Pada spontanitas yang tak bisa diubah, rindu yang tak pernah salah, akhirnya aku mengalah. Entah bagaimana kau luput pada pengasingan waktu, hingga kau lupa bahwa seaslinya ini adalah dini hari yang kelabu. Aku tahu bahwa ini bukanlah rindu, ini hanyalah hasratmu yang menggebu. Ini bukanlah dirimu, tetapi ini hanyalah secangkir egois yang bersemayam di dalam kepalamu. Katamu, kau ingin berbincang denganku lewat panggilan suara. Sebab, ada beberapa hal yang belum tersampaikan, ada hal yang ingin kau curahkan. Aku mengiyakan, dan siap untuk menemanimu di dalam kecemasan. "Halo, maaf mengganggu waktumu. Aku ingin bercerita." Seutas kalimat telah tersampaikan pada ruang kepala yang hampa. Diajaknya imajinasiku berjalan-jalan membayangkan obro...

Seperti Senja, Pertemuan Kita Singkat

Gambar
Rinduku tak tentu masa habisnya. Kadang sampai seminggu, kadang sampai sewindu. Kadang juga melintas dengan terburu-buru. Hasratku semakin membiru, kedua tanganku ingin lekas memelukmu. Pertimbangan-pertimbangan yang aku timbangkan agar segera bertemu denganmu, membuatku lebih menimbang supaya seimbang. Supaya aku tak menjadi manusia yang gamang. Supaya hatiku menemukan titik terang. Sebab, ini melibatkan dia yang kau puja setengah mati. Dia yang kau puji segenap hati. Aku tak mau berada di antara, di tengah-tengah bahagiamu dan di tengah-tengah sedihmu. Maka, biarkanlah rinduku dinobatkan sebagai asa untuk memeriahkan rasa andilku demi kebahagiaanku sendiri.  Aku tahu bahwa kau sedang memuncak mencintainya, mendaki sekuat rasamu untuk selalu bisa bersamanya. Bagimu, puncak kebahagiaanmu hanya ada ketika bersama dirinya. Bagiku, tak ada yang salah. Toh, perasaan jatuh memang kenyataannya begitu indah. Perasaan jatuh pada dasarnya membuatmu lupa akan ucapan yang sempat t...

Hati-hati, Ini Hanya Hati

Gambar
Pagi menjelang siang, matahari mulai merangkak pelan menuju kemegahannya. Elok, meski nyatanya panas membakar jiwa raga. Tak kalah hebat, semilir angin pun ikut meramaikan situasi yang dipenuhi dengan keragaman karakter manusia. Kala itu, suatu perkumpulan megah di satu tempat yang lumayan luas—tapi tak indah—menghancurkan kesuraman hati banyak orang terkecuali kamu. Aku melihatmu dari kejauhan seraya memerhatikan setiap gerak-gerik tingkah lakumu, setiap gimik yang kamu sampaikan kepada ratusan orang. Ternyata, kamu sedang memasang wajah palsumu. Wajah yang dipenuhi oleh kebahagiaan abstrak. Wajah yang diingin-inginkan oleh para raga—yang ada dihadapanmu. Aku tahu, dibalik itu semua, kamu sedang hancur. Meski kutahu, hancurmu bukan sekadar tentang asmara, meski hancurmu bukan sekadar tentang keluarga. Namun, pada kenyataannya, mereka yang tidak menyadari keadaanmu justru malah membantaimu habis-habisan. Dengan cara apapun itu. Termasuk saat kamu dibuat terjeruji oleh tugas...