Hari-hari Huru-hara
Belum usai, ini hanyalah permulaan untuk berbahagia di kemudian hari kelak. Hari-hari hura-hara terus menggempurmu, mengepungmu secara tak kasat rasa. Membabi-buta, tak tahu bahwa kamu sedang benar-benar terpuruk dan ingin dimengerti. Memang, tibanya tanpa aba-aba. Tiba-tiba menusuk hari-harimu yang dipenuhi warna merah muda. Wajar saja jika kamu ingin menyerah, karena kamu manusia. Wajar saja jika kamu marah, karena kamu hanyalah manusia. Manusia yang butuh ruang untuk segalanya menjadi tenang. Manusia yang butuh waktu untuk segalanya menjadi seperti sedia kala.
Hari-hari huru-hara terus menghantam jiwamu, memorak-morandakan segala aset bahagia yang pernah kau bangun sedari dulu. Kali ini kamu diuji untuk ditingkatkan, diuji untuk dilihat sampai sejauh mana kamu akan bertahan. Karena hidup adalah tentang bertahan dan berjuang. Namun, dewasa ini, kamu sedang habis-habisan mempertahankan semuanya yang sudah kau bangun dengan penuh perasaan bahagia dan derita.
Barangkali perasaanmu sangat-sangat hancur demi bertahan. Barangkali hatimu sangat-sangat tergores oleh hari-hari huru-hara yang menimpamu. Tapi, itu bukan apa. Aku yakin, kamu bisa melalui semuanya dan bisa kembali tersenyum bahagia seperti saat awal kita bersua. Wajah menekukmu kelak akan menjadi senyum. Air mata yang jatuh dari matamu, kelak akan menjadi tawa bahagia. Suara tangisanmu kelak akan menjadi canda ceria. Itu semua tergantung pilihanmu. Bertahan lebih penting, berjuang pun tak kalah penting. Maka, berjuang dan bertahanlah yang harus kau lakukan di saat hari-hari huru-hara sedang membantaimu secara habis-habisan.
Berbicara soal pura-pura bahagia, kamulah yang tetap menjadi unggul. Dari segi gimik, kau perlihatkan dengan tenang ke setiap orang yang berpapasan denganmu. Berpura-pura senyum, meski pada kenyatannya pemikiran sedang lelah, berasap karena sudah tak tahu harus apa. Berpura-pura tertawa, meski pada seaslinya hatimu sedang runtuh. Sadar tidak sadar, kamu itu kuat karena dikuatkan. Kamu itu bisa bertahan karena dipertahankan. Bukankah siklus hidup sudah ada yang mengatur? Maka, tenang saja. Bersabarlah sebentar lagi. Kamu akan diberi hal-hal yang mengejutkan. Namun, hal-hal itu sedang berada di perjalanan. Sedang mengikuti gerak langkahmu berjuang, mengikuti doa-doamu yang pernah kamu panjatkan di setiap harinya. Tinggal tunggu waktu saja. Kelak, kejutan-kejutan itu akan mendatangimu secara berangsur-angsur. Pelan-pelan tapi membahagiakan.
Satu hal saja yang ingin aku sampaikan; mau bersabar atau terus merengek? Bersabarlah sebentar lagi. Berdoa dengan berlapang dada. Satu langkah lagi sesuatu yang besar dan bahagia akan menghampirimu seraya tersenyum sumringah melihat kamu sudah bersabar. Setelah sekian lamanya derita yang membara membakarmu secara menyeluruh dari tubuh hingga pembuluh, itu pasti akan menjadi sebuah rasa syukur dan kamu akan benar-benar bersyukur.
“Berlapang dada di setiap waktu, di segala hal yang baik maupun buruk. Semuanya jika sudah diterima dengan selapang-lapangnya dada, akan berakhir dengan bahagia. Bahagia yang belum pernah kau rasa. Lekaslah mekar dengan indah.”
Komentar
Posting Komentar