Sadar Diri

 


Aku tahu kebodohanku sangat-sangat melebihi batas normal. Mana ada manusia yang bisa sepertiku? Yang rela menggadaikan separuh hidupnya hanya demi manusia gila. Yang rela membagikan waktunya hanya untuk bisa menyenangkan manusia tak kasat rasa. aku benar-benar mengakui diriku yang bodoh ini. diriku yang mati-matian mendambakan seseorang yang sudah memiliki penggenap hatinya sendiri. aku kira dengan memerjuangkanmu, aku akan bahagia. Nyatanya, tidak. Beban malah memberat, pikiran berkecamuk hebat, jiwa banyak tersayat.

Aku  benar-benar akan  berhenti mengharapkanmu lagi, berhenti memberi jenaka-jenaka yang tak lucu lagi. Selamanya, semoga semesta mengizinkanku untuk melupakanmu yang pernah ada di hati.  Aku kira dengan menunjukkan rasa kasihku kepadamu, kau akan mengagumiku juga. kau akan memedulikanku. Tak henti-hentinya aku berpikir bahwa kau dan aku akan bisa bersama, berdua. Ternyata, aku keliru. kau selalu ada didekap kepalanya, dan dia selalu menetap di kepalamu. aku hanya di tempatkan di antara; rasa sedih dan kecewamu. selucu itukah aku? hingga kau berani mempermainkan perasaan, hingga kau berani membuatku bertepuk sebelah tangan, hingga akhirnya kau sendiri yang memberiku sebutan nama 'badut yang menyenangkan di kala rasa bosan'. Ke-anjingan macam apa lagi ini? Apa kau tak peduli dengan badut yang menyenangkan itu?

Liriklah aku sekali saja, supaya kau tahu arti perjuanganku. perjuangan  yang kau sia-siakan, perjuangan yang kau abaikan. Apa kau tak iba? Tengoklah aku sekali saja, supaya kau tahu diri. Bahwa ada aku untukmu, ada aku yang menunggumu. Kau sepertinya hanya peduli setan saja. semua terabaikan, semua berserakan. tak ada lagi cintanya, tak ada lagi bahagianya. Maka, aku sudah sadar, aku akui aku kalah, aku lelah. Aku cukupkan sampai di sini saja pelayaranku untuk memperjuangkanmu, ya? Sebab, kapal yang dibawaku sebentar lagi akan tenggelam karena kebanyakan namamu di kepalaku. Aku takut, takut meledak! kau tahu itu seharusnya. tidak lucu jika mati hanya karena obsesi dan cinta. sia-sialah aku yang pernah masuk ke dalam hidupmu, ke seisi semestamu.

Biarlah, awalnya aku yang memulai dan aku juga yang harus mengakhiri semuanya. Tidak usah kecewa jika nanti aku pergi meninggalkanmu, pergi sejauh-jauhnya dari hidupmu. pergi dari kepalamu yang penuh dengan namanya. hilangkan aku di hatimu, rampas aku di pelupuk matamu. supaya kau benar-benar berbahagia dengan seseorang bajingan itu. Setelah kau berbahagia, tolong ajarkan aku caranya. Supaya kau dan aku berbahagia bersama; meski aku sendiri dan kau dengannya. Kau berhak merayakan pengharapanmu dengan indah, dan aku berhak merayakan patah hatiku dengan meriah!

 

!

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Melankolis, Melankolia

Mentari Terbit

Analgesia